Memondokkan anak di pesantren adalah salah satu upaya mulia untuk membentuk generasi yang berakhlak dan berilmu. Namun, tidak semua proses berjalan mulus. Banyak orang tua mengalami kegagalan dalam memondokkan anak mereka karena berbagai alasan.
Memondokkan anak di pesantren adalah salah satu upaya mulia untuk membentuk generasi yang berakhlak dan berilmu. Namun, tidak semua proses berjalan mulus. Banyak orang tua mengalami kegagalan dalam memondokkan anak mereka karena berbagai alasan. Berikut ini adalah delapan penyebab yang sering menjadi faktor gagalnya orang tua dalam memondokkan anak mereka.
1. Terlalu Sering Ikut Campur Urusan Pondok
Sebagian orang tua merasa perlu mengawasi setiap langkah yang diambil oleh pondok terhadap anaknya. Mereka terlalu sering terlibat dalam urusan-urusan internal pondok yang seharusnya menjadi ranah pengurus pesantren. Padahal, pesantren memiliki sistem yang dirancang untuk mendidik anak secara mandiri. Terlalu banyak campur tangan bisa mengganggu proses adaptasi anak dan menciptakan ketergantungan yang justru merugikan.
2. Kurang Bersyukur Terhadap Pondok Anak
Orang tua yang hanya fokus pada kekurangan pondok seringkali lupa melihat kebaikan dan manfaat besar yang telah diberikan oleh pesantren kepada anak mereka. Ketidakpuasan ini bisa menciptakan rasa tidak nyaman bagi anak, terutama jika keluhan orang tua disampaikan terus menerus. Penting bagi orang tua untuk bersyukur dan fokus pada nilai-nilai positif yang diperoleh anak di pesantren.
3. Menerima Aduan Anak Tanpa Verifikasi
Saat anak mengadu tentang pengalaman kurang menyenangkan di pesantren, beberapa orang tua langsung percaya tanpa mencari informasi yang valid. Anak mungkin saja memperbesar cerita atau menambah hal-hal yang tidak sesuai kenyataan. Oleh karena itu, orang tua perlu bijak dan mencari kebenaran dari berbagai sumber sebelum mengambil tindakan atau kesimpulan.
4. Terlalu Memanjakan Anak
Dalam upaya membuat anak merasa betah di pesantren, beberapa orang tua kerap kali menerobos aturan pondok. Mereka membawakan makanan berlebihan atau memberikan barang-barang yang dilarang, dengan alasan agar anak tetap nyaman. Sikap ini justru menghambat anak belajar mandiri dan menyesuaikan diri dengan disiplin pondok.
5. Berekspektasi Terlalu Tinggi Terhadap Anak
Orang tua sering kali memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap prestasi anak di pesantren. Mereka berharap anaknya segera menjadi sosok yang sempurna dalam waktu singkat. Padahal, proses perubahan membutuhkan waktu, dan ekspektasi yang berlebihan bisa memberikan tekanan pada anak hingga membuatnya merasa tertekan.
6. Tidak Kompak dalam Mendidik Anak
Perbedaan pandangan antara ayah dan ibu dalam mendidik anak juga bisa menjadi masalah besar. Misalnya, ayah mengarahkan anak untuk mengikuti peraturan pondok, sementara ibu membolehkan anak melanggar demi kenyamanannya. Ketidakkompakan ini membuat anak bingung dan sulit beradaptasi dengan kehidupan pondok.
7. Terlalu Membanggakan Anak
Ketika anak memiliki prestasi di pesantren, beberapa orang tua terlalu membanggakan anak mereka. Namun, jika prestasi anak menurun, yang disalahkan adalah pondok, tanpa memperhatikan faktor lain seperti perubahan kondisi mental, fisik, atau sosial anak. Padahal, penurunan prestasi bisa terjadi karena banyak hal, termasuk proses adaptasi dan tekanan lingkungan.
8. Tidak Mau Bersusah Payah (Tirakat)
Sebagian orang tua berharap anaknya menjadi sosok yang sholeh atau sholehah tanpa mau bersusah payah. Mereka menginginkan hasil instan tanpa ikut berdoa dan mendukung anak dengan usaha yang tulus. Padahal, suksesnya pendidikan anak di pesantren juga membutuhkan usaha dan doa yang terus-menerus dari orang tua.
Kesuksesan anak di pesantren tidak hanya bergantung pada pihak pesantren saja, tetapi juga pada peran aktif dan bijak orang tua dalam mendukung anak selama masa pendidikan. Orang tua perlu sabar, bersyukur, dan mendukung pondok dengan cara yang tepat agar anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Penulis : Tgk. Shuaib ( Guru Tahfizh dan Aqidah Akhlak ) SMP Plus Al Athiyah Seulawah