Ibu Sebagai Pengasuh, Pendidik dan Panutan

Ibu mencintai anaknya tanpa syarat apapun, dedikasi yang tak kenal lelah, dan pengorbanan yang tak terbatas, para ibu membentuk bagian penting dari kehidupan dan masyarakat. Ibu memegang peranan penting dalam masyarakat. Kasih sayang, bimbingan, dan ketahanan mereka membentuk individu dan keluarga serta mendidik generasi mendatang menjadi pemimpin masa depan. Ibu juga memegang peranan penting dalam Islam. Ibu sangat dimuliakan dan ditinggikan derajatnya, dan ikatan antara ibu dan anaknya diang

Saiful Bahri, S.Pd.I

Ibu mencintai anaknya tanpa syarat apapun, dedikasi yang tak kenal lelah, dan pengorbanan yang tak terbatas, para ibu membentuk bagian penting dari kehidupan dan masyarakat. Ibu memegang peranan penting dalam masyarakat. Kasih sayang, bimbingan, dan ketahanan mereka membentuk individu dan keluarga serta mendidik generasi mendatang menjadi pemimpin masa depan. Ibu juga memegang peranan penting dalam Islam. Ibu sangat dimuliakan dan ditinggikan derajatnya, dan ikatan antara ibu dan anaknya dianggap sebagai cerminan kasih sayang dan cinta Allah kepada ciptaan-Nya.

Sosok Ibu dalam Islam 

Banyak ayat dalam Al-Quran dan hadis yang berulang kali menekankan pentingnya ibu dan memperlakukan ibu kita dengan rasa hormat, perhatian, dan kebaikan. “Kami telah memerintahkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya; dengan penuh penderitaan ibu yang melahirkannya dan dengan penuh penderitaan pula ibu yang melahirkannya.” (Al-Ahqaf, 46:15)

Hal serupa diriwayatkan dari Abu Hurairah, ketika seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah “Siapakah yang paling berhak untuk mendapatkan teman baikku?” Rasulullah menjawab, “ Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasulullah menjawab, “ Ibumu. Laki-laki itu bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasulullah menjawab, “ Ibumu. Laki-laki itu bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasulullah menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “Surga terletak di telapak kaki ibu.” (Sunan Ibnu Majah)

Panutan, Kekuatan dan Ketahanan

Ibu berperan sebagai panutan yang kuat bagi anak-anaknya. Mereka bukan hanya pengasuh utama, tetapi juga guru dan pembimbing pertama dalam kehidupan seorang anak. Ibu memiliki sifat-sifat seperti cinta, kebaikan, kesabaran, dan pengorbanan yang meninggalkan dampak abadi pada anak-anaknya. Melalui kata-kata, tindakan, dan interaksi mereka, mereka mengajarkan pelajaran hidup, nilai-nilai, dan moral yang penting.

Pengaruh ibu juga meluas hingga ke luar keluarga inti. Anak-anak belajar dari contoh-contoh ibu mereka, seperti empati dan kasih sayang terhadap orang lain, kesabaran dalam menghadapi situasi yang sulit, atau ketahanan dalam menghadapi kesulitan. Baik dalam menyeimbangkan tanggung jawab pekerjaan dan keluarga, mengejar pendidikan tinggi, atau terlibat dalam pengabdian kepada masyarakat, para ibu menginspirasi dan menyemangati anak-anak mereka setiap hari untuk tumbuh dan berubah serta memberikan dampak positif bagi dunia.

Sosok ibu inspiratif dalam Islam

Dalam Islam, banyak sekali ibu-ibu hebat yang muncul, yang memiliki iman, dedikasi, dan cinta yang tak tergoyahkan. Para wanita luar biasa ini berdiri sebagai mercusuar kekuatan, bimbingan, dan kasih sayang, ibu-ibu yang menginspirasi sepanjang sejarah dan saat ini.

Salah satu ibu teladan adalah Maryam (AS), ibu dari Nabi Isa (AS). Kisahnya digambarkan dengan indah dalam Al-Quran, yang menunjukkan pengabdiannya yang mendalam, kerendahan hatinya, dan keyakinannya yang teguh pada rencana Allah. Meski menghadapi tantangan sosial, Maryam tetap teguh dan membesarkan Nabi Isa (AS) dengan cinta dan kasih sayang yang besar, serta mewariskan kepadanya hikmah dan ajaran Islam.

Ibunda Musa (AS) dan Harun (AS) adalah contoh cemerlang dari kekuatan, keimanan, dan keberanian luar biasa seorang ibu. Pada saat bayi laki-laki diburu oleh Fir’aun (Firaun), ia membuat keputusan sulit untuk menempatkan putra-putra yang masih bayi, Musa (AS) dalam sebuah keranjang dan membiarkan hanyut di sungai, dengan menaruh kepercayaan penuh pada perlindungan Allah untuk menjaganya tetap aman . Tindakan pengorbanan dan keimanannya menjadi pengingat kuat akan cinta dan komitmen seorang ibu yang tak tergoyahkan kepada anaknya.

Begitu pula Hajar (AS), ibunda Nabi Ismail (AS), menunjukkan keimanan, ketahanan, dan kepercayaan yang mendalam terhadap rencana Allah. Meski menghadapi tantangan yang sangat berat di padang pasir yang tandus, ia menunjukkan keberanian yang luar biasa dengan berlari di antara bukit Safa dan Marwa untuk mencari udara. Tekadnya yang tak tergoyahkan menghasilkan hasil berupa penemuan ajaib sumur Zamzam. Kisah Hajar mengajarkan kita tentang keutamaan kesabaran, kepercayaan, dan ketahanan, mengingatkan kita untuk bersandar kepada Allah (SWT) selama masa-masa sulit. Pengabdian dan pengorbanannya untuk Ismail (AS) menggambarkan cinta yang tak terbatas dan dedikasi yang tak tergoyahkan dari seorang ibu. Para wanita hebat ini hanyalah sedikit dari sekian banyak ibu inspiratif dalam Islam yang memberi kita pelajaran dan contoh mendalam untuk diikuti.

Secara keseluruhan, ibu memainkan peran penting dalam membentuk masyarakat, terutama melalui kehidupan anak-anak mereka, di mana mereka berperan sebagai panutan yang kuat. Kasih sayang, perhatian, dan ajaran yang mereka berikan menciptakan efek luas yang melampaui rumah kita, mempengaruhi generasi mendatang, dan membuat perbedaan yang langgeng dalam masyarakat kita. Saat kita menghormati dan menghargai peran ibu, dalam Islam dan masyarakat kita, marilah kita mengakui kontribusi penting mereka dan terus mengambil inspirasi dari kualitas dan teladan mulia mereka.

“Kutipan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA): Sejarah Peringatan Hari Ibu sejatinya dimulai sebelum masa kemerdekaan. Perjalanan sejarah yang melatarbelakangi peringatan Hari Ibu dimulai dari gerakan perjuangan perempuan pada abad ke-19.

Pada masa itu sudah muncul bibit kebangkitan perjuangan perempuan di berbagai tempat. Para pendekar perempuan hadir mengisi kemerdekaan, seperti Tjuk Njak Dien, Laksamana Malahayati, Cut Meutia di Aceh, Nyi Ageng Serang di Jawa Barat, RA Kartini di Jawa Tengah, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dalam kurun waktu setelah kelahiran Budi Utomo pada tahun 1908, mulai banyak terbentuk perkumpulan perempuan di berbagai tempat. Organisasi yang dimaksud, di antaranya Aisiyah, Wanita Katolik, hingga Putri Merdeka.

Pada Kongres Pemuda Indonesia pertama pada tanggal 30 April-2 Mei 1928 menempatkan perempuan sebagai satu titik sentral pembahasan, mengenai kedudukan perempuan dalam masyarakat Indonesia. Momen ini menandai dimulainya sejarah Peringatan Hari Ibu.

Sejarah Peringatan Hari Ibu berawal dari Kongres Perempuan Indonesia I yang diadakan di Yogyakarta pada tanggal 22-25 Desember 1928. Kongres itu bertujuan menyatukan perkumpulan perempuan Indonesia dalam satu perkumpulan perempuan Indonesia.

Kongres tersebut menjadi tonggak sejarah kebangkitan pergerakan perempuan Indonesia. Pertemuan tersebut menegaskan kesetaraan perempuan untuk dapat berdiri bersama dengan kaum laki-laki dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Kongres Perempuan pertama telah melahirkan langkah besar bagi kehidupan perempuan Indonesia. Salah satunya, tercapai niatnya untuk membentuk sebuah organisasi perempuan yang solid yang diberi nama ‘Perikatan Perempuan Indonesia’.

Dalam kongres tersebut juga melahirkan tiga mosi yang keseluruhannya berorientasi pada kemajuan perempuan. Mosi tersebut, yakni tuntutan penambahan sekolah rendah untuk anak perempuan Indonesia, perbaikan aturan dalam hal taklik nikah, dan perbaikan aturan tentang sokongan untuk janda dan anak yatim pegawai negeri.

Seiring berjalannya waktu, Peringatan Hari Ibu akhirnya diproklamirkan pada tanggal 22 Desember 1938. Deklarasi Peringatan Hari Ibu berlangsung saat Kongres Perempuan III yang dilaksanakan di Bandung.

Peringatan Hari Ibu ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang bukan Hari Libur. Pada tahun 2023 ini, Hari Ibu sudah memasuki peringatannya yang ke-95 tahun.

Peringatan Hari Ibu di Indonesia mempunyai makna yang mendalam. Momen itu penting menjadi bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap seluruh perempuan Indonesia atas peran, dedikasi dan kontribusinya bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Peringatan Hari Ibu diharapkan menjadi daya ungkit untuk mendorong semua pengaku kepentingan dan masyarakat. Hal ini agar perempuan mendapat pengakuan akan peran pentingnya dalam berbagai sektor pembangunan.

Perempuan Indonesia juga diharap dapat terus meningkatkan kapasitas dan kompetensinya agar berani bersuara menentukan arah kebijakan dan tujuan negara. Peringatan Hari Ibu diharapkan meningkatkan persatuan perempuan dan saling menginspirasi dalam membangun Indonesia.

Penulis adalah guru Matematika SMP Plus Athiyah, Lembah Seulawah, Aceh Besar.

Berikan Komentar
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin
LINK TERKAIT