Indonesia sudah merdeka selama 79 tahun, tapi sungguh sangat disayangkan setiap tahunnya jumlah anak-anak yang putus sekolah semakin bertambah. Berdasarkan data Susenas yang diolah Bappenas tahun 2022, anak usia sekolah (7-18 tahun) yang tidak bersekolah mencapai 4.087.288 anak. Angka tersebut dinilai meningkat jika dibandingkan dengan 3.939.869 anak pada tahun 2021.
Aceh Besar - Indonesia sudah merdeka selama 79 tahun, tapi sungguh sangat disayangkan setiap tahunnya jumlah anak-anak yang putus sekolah semakin bertambah. Berdasarkan data Susenas yang diolah Bappenas tahun 2022, anak usia sekolah (7-18 tahun) yang tidak bersekolah mencapai 4.087.288 anak. Angka tersebut dinilai meningkat jika dibandingkan dengan 3.939.869 anak pada tahun 2021. Sampai saat ini pendidikan di Indonesia masih saja menjadi persoalan yang sangat penting dikarenakan kualitas pendidikan di Indonesia masih di level rendah, ada beberapa faktor yang menyebabkan ini terjadi yaitu kurangnya sarana dan prasarana yang menjadi penunjang pembelajaran (Wardani, 2019).
Misalnya, kurangnya gedung kelas pada suatu sekolah yang menyebabkan jumlah peserta didik di setiap sekolah melebihi kapasitas, hal ini berdasarkan dari data pemeringkatan menurut worldtop20.org bahwa Indonesia berada di peringkat 67 dari 203 negara di dunia. Padahal dana APBN/APBD yang telah dialokasikan berdasarkan regulasi di sektor pendidikan sebesar 20 persen. Hal ini terbilang sangat besar dana yang dikorbankan oleh negara Indonesia yang sesuai dengan amanah UU Sistem Pendidikan Nasional.
Namun tingkat pendidikan di Indonesia mengalami ketimpangan antara perkotaan dengan pedesaan. Hal ini karena di daerah perkotaan didukung oleh teknologi yang canggih dan tepat guna dibandingkan daerah pedesaan. Ini merupakan anggaran yang cukup besar yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk pengembangan pendidikan tapi sangat disayangkan pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih di level rendah. Masih banyak daerah-daerah yang tidak memiliki fasilitas belajar yang memadai bahkan akses untuk menuju ke sekolah juga tidak layak bahkan bisa beresiko buat peserta didik, serta tenaga pendidiknya saja masih sangat minim.
Hal yang paling sangat disayangkan yang sering terjadi di daerah-daerah yang tertinggal yaitu banyak pendidik yang tidak masuk sekolah padahal peserta didik penuh perjuangan untuk menuju ke sekolah akan tetapi ketika tiba di sekolah gurunya tidak ada. Lalu apa penyebab rendahnya mutu pendidikan Indonesia?
Guru masih minim sekali dalam hal menggali potensi peserta didik sehingga mutu pendidikan masih jauh dari kata sempurna, guru seringkali memaksakan kehendaknya dalam mendidik peserta didik, sehingga guru lengah dalam mengamati kebutuhan maupun minat dan bakat yang dimiliki setiap peserta didik. Hal ini yang mengakibatkan guru kesulitan untuk menggali potensi dan masalah peserta didik.
Guru kurang kreatif dalam proses pembelajaran sehingga mengakibatkan kegiatan pembelajaran menjadi monoton dan tidak menarik. Bahkan sistem kurikulum yang diterapkan hanya bersifat formalitas. Sehingga peserta didik mengalami kondisi tertekan dan kurang nyaman dalam menggapai ilmu. Hal inilah yang akan berdampak terhadap potret pendidikan menjadi semakin makin suram.
Pengembangan sarana pendidikan memang penting untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun, ternyata fasilitas pendidikan di Indonesia belum merata. Hal yang perlu diketahui bahwa pendidikan di daerah pelosok Indonesia masih dalam kondisi sangat memprihatinkan. Bahkan daerah terluar di Indonesia rata-rata masih tertinggal fasilitas pendidikannya. Hal ini karena disebabkan keterbatasan akses untuk menempuh pendidikan.
Masih banyak sekolah-sekolah yang belum memiliki fasilitas yang memadai. Contohnya yaitu kurangnya kelas, keadaan gedung yang belum memenuhi standarnya, tidak memiliki pasokan listrik, kurangnya informasi dan kurangnya guru atau tenaga pendidik. Sedangkan di daerah perkotaan mengalami peningkatan dan menyesuaikan standar fasilitas pendidikan yang memadai bahkan kelebihan guru atau kelebihan tenaga pendidik. Hal ini karena aksesnya yang tidak terbatas dan memiliki pasokan listrik yang cukup. Misalnya di institusi pendidikan di perkotaan ternyata mempunyai laboratorium, perpustakaan, komputer, dan sebagainya.
Seiring berjalannya waktu, Indonesia sering mengalami pergantian kurikulum di setiap pergantian kekuasaan politik. Misalnya dimulai dari kurikulum 1947 hingga Kurikulum Merdeka yang telah diterapkan sejak tahun ajaran 2022/2023. Perlu diketahui bahwa pergantian kurikulum ini ternyata berdasarkan faktor kepentingan situasi politik dan sosial budaya. Namun, fokus pada orientasi peningkatan kecerdasan dan pembinaan karakter peserta didik belum tentu menjadi prioritas. Selain itu, perubahan kurikulum tidak dibarengi dengan persiapan dan studi kelayakan yang matang.
Perubahan kurikulum ini ternyata sering kali hanya untuk mengejar target semata. Implementasi kurikulum ini pun ternyata mengalami buntu dan kompleks. Tidak hanya sistem kurikulum yang berubah, tetapi kurikulum yang diterapkan pun menjadi sangat kompleks di Indonesia. Hal ini berdampak besar bagi guru dan peserta didik. Peserta didik akan kesulitan dalam mengembangkan potensinya. Sedangkan guru akan terbebani dengan banyaknya tugas untuk mempelajari dan mempersiapkan materi maupun mengajar peserta didik.
Indonesia sudah merdeka selama 79 tahun, akan tetapi bagaimana Indonesia dapat menjadi negara yang maju jika sumber daya manusianya lemah, jika masyarakatnya tidak memiliki pengetahuan. Negara kita akan semakin jauh untuk mengejar ketertinggalan kemajuan zaman, sehingga kekayaan alam Indonesia akan tergerus habis dihisap oleh negara-negara asing. Negara kita akan mudah terpedaya karena tidak pernah diajari berpikir kritis hingga pada akhirnya menjadikan kita terpuruk. Harusnya kita bisa belajar banyak dari negara lain bagaimana mereka mengelola dunia pendidikannya, seperti Korea Selatan, Jepang dan negara lainnya. Korea Selatan menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan tingkat pendidikan terbaik di dunia untuk tahun 2020 versi the social progress imperative. Fokus utama pembangunan diarahkan pada dunia pendidikan. Begitu juga dengan jepang menduduki peringkat kedua terbaik dengan minat baca buku yang tinggi. Maka kita dapat melihat bagaimana negara tersebut tumbuh menjadi negara hebat yang sejahtera dengan menguasai ekonomi, pertahanan, teknologi.
Indonesia harus berbenah lebih keras lagi, membuat gebrakan tegas dengan fokus pembangunan pada aspek pendidikan yang berkarakter dan maju. Merancang kurikulum yang melahirkan generasi yang berjiwa besar, sarat akan moral, budaya, dan kepribadian bangsa Indonesia. Menaikkan anggaran pengadaan buku, pendirian sekolah, penelitian, sehingga semua masyarakat di pelosok negeri bisa menikmati manisnya pendidikan. Dengan begitu Indonesia akan memiliki sumber daya manusia yang memadai, menguasai teknologi, sehingga dapat menggerakkan roda negara ini ke panggung kancah internasional. Sistem pendidikan di Indonesia harus segera mengalami pembelahan sehingga berdampak pada pencapaian cita-cita bangsa. Tercapainya pendidikan yang baik akan mendapatkan penghargaan dari negara lain untuk menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.