Al-Qur’an adalah Kalamullah. Ia adalah kitab suci umat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Isi Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surah dan lebih dari 6000 ayat. Keistimewaannya pun telah banyak yang menceritakan atau bahkan menuliskannya. Menghafal, membaca bahkan hanya mendengarkan saja dari setiap ayat Al-Qur’an, ia akan mendapatkan ganjaran pahala dan kebaikan dari Allah SWT.
PROYEK KHATAMAN TERJEMAH AL-QUR’AN
By. Rita Indahyati
Al-Qur’an adalah Kalamullah. Ia adalah kitab suci umat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Isi Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surah dan lebih dari 6000 ayat. Keistimewaannya pun telah banyak yang menceritakan atau bahkan menuliskannya. Menghafal, membaca bahkan hanya mendengarkan saja dari setiap ayat Al-Qur’an, ia akan mendapatkan ganjaran pahala dan kebaikan dari Allah SWT.
Diantara keistimewaan dari membaca Al-Qur’an adalah:
1. Membaca satu huruf Al-Qur’an akan dilipat gandakan 10 kebaikan
2. Syafaat di hari kiamat bagi pembaca Al-Qur’an
3. Menghadirkan ketetraman di hati pembaca dan pendengarnya
4. Membawa keberkahan dan penyembuh penyakit
Seiap bulan Ramadhan kaum muslimin berlomba-lomba untuk mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak-banyaknya. Karena mengetahui ganjaran pahala yang akan diterimanya. Majelis-majelis tadarus Al-Qur’an juga memenuhi ruang-ruang mushalla, masjid. Bahkan di era saat ini, dimana komunikasi mudah dijangkau, tak hanya sebatas satu desa atau kecamatan, satu daerah atau wilayah, bahkan antar negara atau benua pun dapat dilakukan secara online.
Bertambah-tambahlah keistimewaan Al-Qur’an, ia bukan hanya turun pada bulan Ramadhan. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah Ayat 185)
Al-Qur’an secara keseluruhan Allah turunkan pada malam penuh keberkahan, yaitu malam lailatul qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.
“Demi Kitab (Al-Qur’an) yang jelas. Sesungguhnya Kami (mulai menurunkannya pada malam yang diberkahi (Lailatul qadar). Sesungguhnya Kamilah pemberi peringatan.” (QS. Ad-Dukhan Ayat 1 – 2)
Namun masih sangat sedikit orang yang sudah pernah mengkhatamkan membaca terjemah Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an ini berbahasa Arab, sudah barang tentu tidak semua orang memahami tentang ayat yang dibacanya. Oleh karena itu dengan membaca terjemah Al-Qur’an secara rutin, insya Allah akan semakin memudahkan kita dalam memahami Al-Qur’an.
Jika kita memakai Al-Qur’an standar Ustmani (Al-Qur’an pojok) yang ada terjemahannya dengan halaman sekitar 604, maka jika secara rutin kita membaca terjemah Al-Qur’an sehari satu halaman, maka insya Allah tidak sampai dua tahun kita sudah mengkhatamkan membaca terjemah Al-Qur’an. Semakin sering kita mengkhatamkan membaca terjemah Al-Qur’an, maka semakin kita juga dapat mengerti bahkan memahami ayat-ayat yang terkandung didalamnya.
Dalam Al-Qur’an surah Al-Furqan ayat 30:
“Rasul (Nabi Muhammad) berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an ini (sebagai) sesuatu yang diabaikan.”
Nabi Muhammad sendiri mengeluhkan lingkungan masyarakat Quraisy yang buruk. Mereka lalai terhadap kitab suci Al-Qur’an yang berisi peringatan-peringatan. Dan Rasul Muhammad berkata, dengan segala keluh kesahnya, “Ya Tuhanku Yang Maha Rahman dan Rahim! Sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an ini diabaikan. Mereka tidak mau mendengarkan, apalagi mengamalkannya.” Ayat ini mengisyaratkan bahwa lingkungan ikut mempengaruhi jalan hidup seseorang. Allah lalu ingin menenangkan hati Nabi Muhammad, bahwa setiap nabi dari masa lalu adalah sama. Selalu saja berhadapan dengan para pengingkar.
Ibnu Taimiyah menafsirkan ayat ini, “Barang siapa yang tidak membaca Al-Qur’an, maka ia mahjura. Barang siapa yang membaca Al-Qur’an tetapi ia tidak menghafal Al-Qur’an, maka ia mahjura. Barang siapa yang menghafal Al-Qur’an tetapi tidak memahami Al-Qur’an, makai a mahjura. Barang siapa yang memahami Al-Qur’an tetapi ia tidak mengamalkan Al-Qur’an, maka ia mahjura.”
Boleh jadi ganjaran pahalanya tidak sama dengan kita membaca teks Al-Qur’annya. Namun dapat memahami Al-Qur’an sebagai peta jalan hidup, akan memudahkan kita dalam mengimplementasikan dari setiap ayat yang telah kita baca.
Mari gunakan dan manfaatkan Ramadhan ini sebagai momentum untuk juga memulai dengan proyek khataman membaca terjemahan Al-Qur’an. Semoga dengan hal tersebut semakin kita jatuh cinta dengan Al-Qur’an.